SEHATWEB.COM | JAKARTA — Tulung ekor atau ájb adz-Dzanab, salah satu bagian tubuh manusia yang disebutkan Rasulullah SAW dalam sabdanya. Dalam hadits, beliau menyebutknnya bahwa bagian tersebut akan menjadi titik mula dibangkitkannya jasad manusia kelak pada hari kiamat.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, "Jarak antara dua tiupan (sangkakala) adalah empat puluh." Ibnu Abbas bertanya, "Empat puluh hari?" beliau menjawab: "Tidak."
Ia bertanya lagi, "Empat puluh bulan?" beliau menjwab: "Tidak."
Ia bertanya lagi, "Empat puluh tahun?" Beliau menjawab: "Tidak." Beliau kemudian bersabda: "Setelah itu, Allah menurunkan air dari langit, maka mereka pun hidup kembali sebagaimana tumbuhnya sayur-sayuran. Tidak ada tersisa seorang pun kecuali ia akan binasa, kecuali satu tulang yakni tulang ekor. Dari tulang itulah, manusia dibangkitkan kembali pada hari kiamat." (HR Bukhari).
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya lapisan primitif (lapisan sangat awal) ketika embrio mulai tumbuh menjadi manusia. Lapisan tipis ini disebut sebagai primitive-streak.
Ibnu Abdil Bariy el ‘Afifiy (2011) menjelaskan bahwa pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.
Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus,dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.
Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya.
Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio, dengan bagian be- lakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana), yang merupakan bagian dari primitive streak (lapisan tipis awal).
Primitive streak merupakan suatu struktur yang terbentuk pada tingkat awal perkembangan embrionik mamalia (termasuk manusia), repti- lia dan unggas.
Dari primitive streak inilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk. Ectoderm membentuk kulit dan sistem saraf pusat; mesoderm membentuk otot halus sistem digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung,tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar.
Sementara itu, endoderm membentuk lapisan pada sistem digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran.
Bagaimana nasib primitive streak setelah selesai membentuk sel-sel jaringan dewasa? Moore and Azzindani (1983) menjelaskan bahwa primitive streak secara cepat akan berkurang ukuran relatifnya atau bertambah kecil; serta menjadi struktur yang tidak penting lagi fungsinya di dalam embrio.
Primitive streak inilah yang kemungkinan besar akan menjadi bagian paling ujung dari tulang ekor. Pertanyaannya adalah apakah primitive streak ini yang disebut ‘ajb aż- żanab?
Beberapa eksperimen telah dilakukan terhadap bagian paling ujung dari tulang ekor, yaitu terhadap ke- tahanannya. Ternyata tulang itu sangat tahan, bahkan juga terhadap api.
Pada bulan Ramadan 1423 H, Dr. Othman al-Djilani dan Syaikh Abdul Majid telah melakukan penelitian mengenai ketahanan tulang belakang ini. Mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama sepuluh menit. Tulang pun berubah menjadi hitam pekat.
Keduanya pun membawa tulang itu ke al-Olaki Laboratory, Sana'a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti di al-Olaki oleh profesor bidang histologi dan pathologi di Sana'a University, ditemukan bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.
Lebih dari itu, dan ini yang terpenting, primitive streak, atau yang kemudian diperkirakan menjadi bagian paling ujung dari tulang ekor, berisi sel-sel yang bersifat pleuripotent (Mooere & Azzindani, 1983), yaitu sel-sel yang mampu berkembang menjadi jaringan- jaringan dewasa. Sel-sel seperti inilah yang dikenal sebagai sel punca.
Sementara itu, Imam Zainuddin Al-Iraqi rahimahullah berkata, “Tulang ekor tidak rusak dan tidak dimakan oleh tanah, tetapi tetap utuh, meskipun seluruh tubuh mayat telah rusak, dan inilah yang dikatakan oleh mayoritas ulama, baik dari kalangan ulama salaf maupun khalaf.” (Lihat Tharh at-Tatsrib, Al-'Iraqi, juz 3, hal 308).
Syekh Shehata Muhammad Saqr dalam kitabnya al-Mausu'ah al-Muyassarah, menjelaskan sekelompok ilmuwan China membuktikan dalam beberapa percobaan bahwa tidak mungkin menghancurkan tulang ekor secara kimiawi dengan melarutkannya dalam asam terkuat, atau secara fisik dengan membakar, menghancurkan, atau mengeksposnya ke berbagai sinar.
Dia mengatakan melalui penemuan ilmu pengetahuan modern terungkap bahwa manusia memulai penciptaan dan strukturnya pada hari ke lima belas dari tulang ekor, dan tulang ekor bekerja untuk membentuk bagian-bagian tubuh manusia.
Eksperimen telah menunjukkan bahwa tulang ekor mempertahankan sifat-sifatnya meskipun terkena pembakaran, penggilingan atau perebusan, dan para ilmuwan telah dapat mengamati kemampuan tulang ekor untuk mengulangi proses sintesis jika terkena pengaruh tertentu, membentuk sesuatu yang menyerupai embrio.
"Semua fakta ini terkandung dalam hadits-hadits Nabi, dan baru setelah ratusan tahun kemudian, setelah mereka dapat memperoleh teknologi modern, dan pada berbagai tahap perkembangan teknologi ini, mereka dapat memperoleh fakta-fakta ilmiah yang telah diberitahukan oleh Nabi kepada kita,” kata dia.